Senin, 19 Desember 2016

TOKOH YANG MENGINSPIRASIKU…




S P O K (Soimah Pancawati Orang Kampung)



Nama asli : Soimah Pancawati
Tanggal lahir : 29 September 1980
Lahir di : Pati, Jawa Tengah, Indonesia
Zodiac : Libra
Terkenal sejak menjadi penyanyi latar dalam acara "Seger" ANTV

Soimah Pancawati atau yang lebih dikenal dengan nama Soimah merupakan artis multitalenta Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan penjual ikan Hadinarko dan Kasmiyati yang lahir pada 29 September 1980 di Pati, Jawa Tengah. Soimah adalah lima dari tujuh bersaudara. Keenam saudaranya antara lain Solihati, Solihin, Sofiah, Sofiatun, Nur Laila dan Sinta Fitriani.
Soimah merupakan istri dari Herwan Prandoko. Pernikahan yang terlaksana pada 2002 telah dikaruniai dua orang putra yaitu Aksa Uyun Dananjaya dan Diksa Naja Naekonang.
Bakat seni telah mengalir dalam diri Soimah. Tantenya, MM Ngatini, adalah istri dari pemilik padepokan tari Bagong Kussudiardjo yang ada di Jogjakarta. Tantenya tersebut lah yang selalu menyarankan agar Soimah bergaul dengan berbagai komunitas seni. Setelah lulus SMP, Soimah memutuskan melanjutkan pendidikan di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) jurusan karawitan. Kemampuan vokal Soimah menjadi alasan dia sering memenangkan lomba kesenian seperti Juara 1 lomba nyanyi Bintang Karaoke Dangdut se Jateng-DIY, Juara 1 Bintang Televisi dan Juara Dara Ayu.
Karir Soimah sebagai sinden semakin melambung ketika dirinya bergabung dengan Jogja Hip Hop Foundation. Bersama komunitas seni tersebut, Soimah menjalani tur dunia untuk yang pertama kalinya, pada 14 Mei 2011. Dari situlah ia memulai karir di dunia hiburan Indonesia. Karir pertamanya di dunia pertelevisian terjadi di AnTV. Saat itu ia menjadi penyanyi latar di acara "Seger".
Sosok Soimah tidak hanya terkenal karena suaranya. Pembawaan kocak artis 33 tahun ini membuatnya seringkali didapuk menjadi komedian. Selain itu, kepiawaiannya dalam melawak juga membuatnya mendapat program talk show pribadinya, "Show Imah". Ia juga sering muncul di televisi pada beberapa acara seperti "Indonesia Mencari Bakat", "Comedy Project" dan "Opera Van Java".

ASAL SOIMAH
“Semua dimulai saat aku lahir pada tanggal 29 September 1980. Aku anak perempuan desa yang lahir di kampung nelayan daerah pesisir pantai utara pulau Jawa. Nama desaku Banyutowo, sebuah desa yang tenang dekat tempat pelelangan ikan, dan rumahku hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Banyutowo berjarak 45 Km dari pusat kota Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Namaku Soimah Pancawati panggil saja aku Imah. Nama itu pemberian Mbah Modin, orang yang dituakan di desaku. Keempat kakakku juga diberi nama oleh mbah Modin, dan semua berawalan So, kakak sulungku bernama Solihati, kakak kedua Solihin, ketiga Sofiah lalu Sofiatun, dan aku Soimah. Sejak Mbah Modin meninggal, keluargaku kehilangan “So”, jadilah adikku bernama Nur Laila dan Sinta Fitriani. Aku anak ke lima dari tujuh bersaudara, bapakku Hadi Narko seorang pemain ketoprak tobong yang kemudian mengabdi menjadi carik desa di Banyutowo. Ibuku Kasmiyati, perempuan tangguh yang sehari-hari berdagang ikan laut.

Sebagai carik desa, ayahku adalah orang terpandang. Desaku adalah kampung nelayan yang sederhana, dan aku hidup di lingkungan yang jauh dari kemewahan. Tapi keluargaku tidak hidup dalam kekurangan, di rumahku ada tivi, dan itu menjadi barang “mewah” di desaku. Setiap hari banyak orang di desaku yang numpang nonton tivi di rumah.

Ibuku sangat galak, meskipun keluargaku tergolong hidup kecukupan untuk ukuran desaku, tapi Ibu mengajarkan aku dan semua saudaraku tentang perjuangan hidup dan mengisinya dengan kerja keras. Sekolah nomer dua, nomer satu adalah membantu orang tua, begitu cara ibu mendidik aku. Dirumah sudah ada pembagian tugas, mulai dari kerjaan dapur, nyapu, ngepel, dan cuci piring. Aku sudah terbiasa,  dan itu kita lakukan secara bergiliran.
Sejak SD aku terbiasa tidak menerima uang jajan, jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat, jadi kalau haus atau lapar tinggal pulang ke rumah. Tugas menggarami ikan, membolak-balik ikan yang sedang diasapi adalah bagianku, bahkan tanganku sampai merah karena sering terkena asap panas, badankupun setiap hari bau ikan. Aku juga menyiapkan potongan blarak (daun kelapa kering) untuk membungkus ikan pindang. Setiap hari aku bangun jam 3 pagi menyiapkan ikan untuk dijual ke pasar, dan paginya aku pergi ke sekolah, setelah pulang sekolah aku istirahat sebentar dan makan siang, kemudian kembali melakukan tugas rutinku bergelut dengan ikan dan asap sampai jam 11 malam.

Aku tidak punya waktu bermain seperti teman-teman sebayaku, waktuku lebih banyak untuk bekerja membantu ibu mengolah ikan. Libur sekolah bukanlah hari istimewa buat aku dan saudaraku, tapi justru saat cuaca kurang baik dan nelayan tidak ada yang melaut, saatnya musim laut sepi, begitulah aku menyebutnya. Baru lah aku terbebas dari pekerjaan mengolah ikan, dan libur yang sebenarnya telah datang, aku bisa bermain sepuasku.

Di musim laut sepi inilah ibuku berjualan nasi, dan biasanya di lapangan dekat rumahku kedatangan rombongan ketoprak tobong yang selalu berpindah tempat seperti pasar malam. Dan biasanya waktu itu bersamaan dengan upacara adat sedekah laut yang berlangsung setiap tahun. Ibuku menyediakan nasi dan lauk pauk untuk rombongan ketoprak tobong yang tinggal cukup lama di lapangan desaku. Setiap berangkat  sekolah, aku melewati area tobong di sela-sela kursi penonton. Aku sering menemukan uang recehan yang jatuh dari saku penonton di pertunjukan malam sebelumnya, dan itu membuat aku ketagihan untuk berburu uang receh di sela-sela kursi penonton setiap pagi saat aku berangkat ke sekolah.

Ketoprak tobong menjadi pengisi waktu bermainku di saat kecil, aku biasa nonton pertunjukan dari bawah panggung, dan tidak perlu bayar tiket. Hubungan keluargaku sudah sangat dekat dengan rombongan pemain ketoprak tobong. Dan aku mengenal pelawak Marwoto dan Mbok Beruk juga di lapangan dekat rumahku, saat mereka ikut rombongan ketoprak tobong dari Jogja.

Di kampungku para nelayan biasa menyalakan radio dengan suara yang cukup kencang, dan musik yang disukai adalah musik gambus, orang-orang biasa menyebutnya musik dangdut atau musik melayu. Dan aku sampai hafal banyak lagu dangdut karena sering mendengarkan secara tidak sengaja, aku sering ikut menyanyi ngikutin suara lagu dari radio itu. Kesukaanku iseng nyanyi, rupanya malah didukung sama ibu.

Waktu itu aku masih SD, setiap ibu nonton tivi bareng aku, ibu selalu bilang “Mbok kowe ki mlebu tivi kuwi, dadi aku iso ndelok kowe” (Coba kamu itu masuk tivi seperti itu, jadi aku bisa lihat kamu). Aku selalu merasa ibuku jahat saat aku kecil, ibuku galak, aku harus bekerja keras disaat teman seusiaku asyik bermain. Tapi sebenarnya ada doa yang kuat, yang aku sadari justru setelah beliau sudah tidak ada.” (by:Soimah)
***

Sepenggal kisah dari seorang gadis pasar ikan asal Banyutowo ini menjadi motivasi untuk kita semua, anak bangsa. Hormati orang tua, terutama ibu. Segalak-galaknya orang tua itu mengajarkan yang terbaik untuk masa depan anak-anaknya. Jika melakukan perintah orang tua hukumnya wajib dilaksanakan serta ikhlas. Jangan menunda-nunda, karena itu akan mempersulit diri. Saya jadi teringat akan kutipan ibu, “Elek-elek ngene sing mertapakake sira!” artinya walapun sejelek apapun orang tua mereka adalah sosok yang paling memperhatikan anaknya. Doa dan restunya sangat ampuh bagai air yang menetes di padang gersang. Jangan seperti jambu menthe(kepala menthe di bawah, kaki di atas) yang menjadi symbol anak kualat. Berprasangka baiklah terhadap orang tua agar tak menyesal nantinya.
Mengenali dan terus mengembangkan potensi diri dengan terus menekuni apa yang disuka. Seperti Soimah, dia suka seni dari kecil maka terus berlatih dalam berkesenian.
Penanaman kedisiplinan dan rutinitas pekerjaan rumah oleh orang tua sangat mendorong anaknya menuju pintu kesuksesan karena pribadi seperti itu larut dengan kebiasaan untuk bekal hidup masa depan agar tidak canggung dikejar waktu. Ibu saya pernah bilang saat saya membantunya mengilas padi, “besok kalau jadi orang sukses pekerjaan kaya gini tidak dikerjakan gak apa-apa, tapi juga jangan melupakan pekerjaan seperti ini. Hidup itu berputar tak selamanya di atas, harus siap siaga.” Memandang sukses masa depan memang penting tapi yang terpenting bekal hiidup untuk siap siaga menghadapi kenyataan yang ada. Hal terpenting lainnya adalah mandiri. Mandiri dalam hal apapapun dan buat kedewasaan sesuai usia, dalam bahasa jawa dikenal istilah temua.
Tuhan pasti ada untuk kita, selalu mengiringi langkah kita, mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi yaitu masa depan. Tataplah masa depan yang gemilang. Buatlah nyata.
“My Dream become true… I do believe with struggle”.


MASA SEKOLAH SOIMAH

Selama masa kanak-kanak dia punya banyak teman. Teman-teman yang sangat mengerti betul siapa itu Soimah. Soimah yang sekarang kita kenal ternyata mempunyai masa kecil yang kelam penuh dengan liku-liku apalagi disaat dia harus berjuang melawan kebodohan. Walaupun anak desa tapi pendidikan tetap yang utama. Dua diantara teman-temannya adalah Wahyu Ratnasari(Yeye) dan Puji Setya Ningrum.

Wahyu Ratnasari(Yeye)

Yeye adalah teman satu kampungnya.

Cerita Tentang Soimah oleh sahabatnya, Yeye.

Masa kecilnya benar-benar tidak punya waktu bermain. Jam 1 pulang sekolah lalu jam 2 ikan dari pelelangan sudah datang dan ikan harus digarami guna menyiapkan ikan itu untuk diasapi setelah itu pergi beli kayu bakar yang digendong lumayan jauh. Setelah sampai rumah barulah mengasapi ikan. Dari sekian banyak saudara memang dia yang paling rajin. Itu sampai kalau dia lelah tidak berani bilang “capek” sama ibunya, kalau alasan: “buk saya mau momong Sinta. Jadi saya mau momong sinta mau ngasih makan.” Lalu dia ke rumah saya , jalan menggendong Sinta sambil membawa payung agar si adik tidak kena terik matahari. Setelah sampai rumah saya, Saya yang momong dan nyuapin Sinta, Dia tidur. Hebat ini..” (by: Mbak Yeye)

***

Soimah termasuk orang yang pandai menyimpan perasaannya. Dia hanya bercerita mencurahkan hatinya dengan mbak Yeye. Tidak pernah ditunjukan sama keluarganya. “Kalau keluar rumah sudah hihahihi kaya orang gila gitu. Saya tau banget perasaannya dia nyesel banget, salah satu tetangga yang sangsi sama Soimah karena kemampuannnya. Gak tau orang itu iri atau gimana, ngomongin Soimah dan keluarga jelek, Seandainya Ibu masih ada mungkin dia bisa banggakan orang tua, sehingga orang itu tau kalau Imah memang mampu. Tapi dulu waktu Ibunya dipanggil Tuhan posisi Soimah belum seperti sekarang.” jelas Yeye. (by: Devina)

***

Dia termasuk artis tingkat kabupaten. Kalau ikut lomba-lomba dia selalu juara 1, sering diajak acara tujuhbelasan dan les nari bareng. Pernah suatu ketika dapat undangan ke Rembang, lumayan memakan waktu 3 jam dari Banyutowo. Buat nari dan nyanyi dibayar 3000. Kami sudah bangga dengan 3 ribu rupiah itu karena biasanya malah tidak dibayar. Rombongan kesenian desa kami naik bis di tengah perjalanan rodanya lepas satu.

Anak-anak lain kalau kenaikan kelas bisa beli sepatu dan tas baru sedangkan Soimah kalau beli tas baru dan sepatu hasilnya didapat dari nari dan mengumpulkan uang dari ketoprak tobong. Kalau berangkat sekolah Yeye naik sepeda. Yeye juga sering ditumpangi Soimah..

“Kalo berangkat sekolah nebeng sepeda saya yang mboncengin Yeye, berat sih, soalnya dia dulu besar” saut Soimah.



PUJI SETYA NINGRUM

18 tahun tidak ketemu. Temen SMP-nya satu bangku.

Cerita Tentang Soimah oleh Sahabatnya, Puji.

Menurut Puji sosok Soimah seperti: “Dia itu jail, periang, biarpun ada masalah gak pernah ditunjukin orang2 tetap super ceria.” (by: Mb Puji)

Cerita Soimah tentang sebuah Stepler:

Kalo aku sekolah selalu bawa stepler sama isinya, kalo sekolah saya datang pagi banget. Piket bersih-bersih kelas sambil buat mengerjakan PR soalnya di rumah hampir tak ada waktu buat belajar. jam 11 malam masak ikan tunggu ikan dingin, jam 1 dini hari ngetos(air dari ikan ditirisin), kalo tidur jam 2 lalu bangun jam 5 bantuin ibu berangkat pasar. Seakan-akan kerja keras tertekan tapi ikhlas. Di sekolah balas dendam. Jiwa kekanak-kanakannya keluar, buku-buku paket teman-teman saya selalu ditinggal di laci. Nah, 10 halaman saya klip, 10 halaman lagi saya klip, biar pas ujian gak nyontek.

Saya sempat iri sama Puji. Dia kan primaodona cantik. Semua pada nggodain Puji nggak ada yang menggoda saya. Kalo cewek duduk kan melengkung roknya tuh, terus saya iseng. Klip aja roknya dia, dari kolong meja juga saya klip-klip, jadi ketika dipanggil guru “Puji”… grek.!! (Alias nggak bisa bangun). (by: Soimah)



SOIMAH KARTINI MASA KINI

Wanita. Dalam bahasa jawa ada sebuah kerata basa yang menjelaskan bahwa wanita dari kata wani ditata. Artinya, wanita itu kodratnya harus berani dalam menghadapi segala hal, tak gentar dengan kerasnya masa, dan tak susah melawan keraguan. Wanita generasi muda adalah kartini-kartini masa depan. Dua pertanyaan Kartini yang menjadi dasar pemikirannya untuk memajukan kaum wanita,

1.      Apa sebab wanita sampai dapat dijadikan objek kesenangan kaum pria, seakan-akan mereka tidak punya pikiran dan pendapat atau perasaan sendiri?
2.      Dan sebaliknya, apa sebab kaum pria sampai menganggap wanita sebagai sebuah “golek”, sebuah boneka barang mati yang boleh diperlakukan semaunya, seolah-olah wanita itu bukan sesame manusia?
Menurut Soimah, wanita sekarang tidak boleh berhenti hanya cukup 3M saja (Masak, Macak, Manak). Secara implisit dari perkataannya, wanita harus bisa dalam segala hal baik ruamh tangga, dapur, mengurus diri, pendidikan, maupun ketrampilan lainnya terlebih dalam berkesenian.

Predikatnya sebagai artis hanya di layar kaca saja dan di Jakarta, sedangkan kalau di rumah, ia kembali memenuhi tanggung jawabnya. “Kalau di Jakarta jadi artis, kalo di rumah ya jadi ibu rumah tangga, jangan menghilangkan jati diri ibu rumah tangga karena ada saatnya jadi artis. Ada saatnya jadi ibu rumah tangga,” ucapnya.

Bekerja untuk nafkah merupakan keharusan bagi orang dewasa. Wanita juga tidak boleh hanya bertopang dagu dan berpangku tangan saja. Harus bisa berkarya dalam segala hal.

Bagi Soimah terus berkarya itu penting. Beliau pernah berkata pada suatu ajang pencarian bakat saat mengomentari penari cilik asal Bogor, sebut saja namnya Sandrina yang initinya bahwa dalam berkarya itu jangan bosan-bosan buat trobosan baru. Kalau kita hanya menekuni satu bidang saja bisa-bisa kedepannya kurang laku, harus banyak menggali potensi dalam diri kita. Misal, punya bakat menari, jika sudah hebat dalam menari cari trobosan lain entah nyanyi, musik, atau apa saja. Soimah mengambil contoh lain lagi, Seorang mentalist ternama, Deddy Cobuzier dulu dia gondrong sekarang mengubah penampilannya menjadi tak berambut. Nah, itu salah satu bentuk trobosan baru.

Ada banyak kesamaan antara dua tokoh yang saya angkat ini, Soimah dan Kartini:

1.      Mereka adalah wanita jawa.
Kartini hanyalah manusia biasa bukan dewi yang tidak dapat berbuat salah. Namun Kartini dilahirkan untuk menjadi seorang pemikir bagi kaum wanita di negerinya. Tuhan Yang Maha Esa member karunia padanya sifat yang luar biasa: berbudi luhur, cita-cita yang tinggi,kemauan keras, suka menolong, dan mempunyai inner beauty yang selalu terpancar dalam sosoknya.

Pertanyaannya, apakah perjuangan Kartini telah selesai? Apakah wanita Indonesia harus terus berjuang?

Kartini akan terus menamani langkah kita menuju bangsa yang maju. Berjuang terus demi meningkatkan martabat wanita. Kartini selalu memberi nyawa bagi banyak wanita Indonesia. Termasuk sosok sinden asal Pati ini.

Sebagai wanita jawa, Kesamaan Soimah dengan Kartini diantaranya sifat rendah hati, lemah lembut, tindak-tunduk wanita jawa meski jika di panggung hiburan Soimah lebih dominan menampakan sikap keras dan banyak tingkahnya. Tetap mempertahankan kebaya yang melekat tubuh rampingnya.

2.      Mereka adalah wanita yang periang, lincah, suka ketawa, dan dapat ,melupakan bahwa ia dikurung rapat.
Kata dikurung rapat ini masa kecil mereka banyak tinggal di rumah. Kartini menjalani adat pingitan dimana seorang wanita yang menginjak usia remaja tidak boleh main ke luar rumah serta hari-hari yang membosankan, sedangkan Soimah menjalani kewajiban membantu ibunya berjualan ikan meski hari libur sekalipun dan tak boleh bermain sebelum tugas rumah selesai.

3.      Masa kecil sering mengasuh adik.
Adik Kartini bernama Roekmini dan Kardinah.
Adik Soimah bernama Nur Laila dan Sinta Fitriani.

4.      Wanita dengan semanagt juang yang tinggi.
Kartini berjuang keras untuk mencerdaskan kaum wanita di negerinya. Sehinggah Kartini mendapat predikat dari para kaumnya sebagai Pelopor Emansipasi Wanita. Nah, salah satu wujud emansipasi dilukiskan dalam perjuangan Soimah. Soimah berjuang keras untuk bisa mengharumkan nama sinden di Nusantara, yang era belakangan ini banyak yang menganggap kuno dan menyepelekan. Sehingga Soimah mendapat sebutan sebagai Pesinden Republik Indonesia.


Keteladanan antara dua tokoh tersebut mengajarkan kita untuk  menjadi wanita tangguh, punya prinsip, dan mengutamakan pendidikan serta cinta terhadap seni budaya bangsa.
***


Kertas

Selembar kertas putih bersih nan suci akan tetap bisu bila tak kita jamah sama sekali. Padahal jika mau menggoreskan sedikit tinta saja, kertas itu akan member jawaban atas apa yang kita lakukan. Coba kamu ambil selembar kertas HVS putih yang masih dalam tumpukan rim. Masih terlihat halus dan bersih bukan. Anggap saja kertas itu barang berharga kita. Jika hanya dilihat saja tak akan ada perubahan dari kertas itu meskipun melihatnya dari sisi berbeda. Diputar, dibalik, ditiup wujudnya sama saja persegi panjang putih dan bersih tanpa goresan.

Tak lama kemudian datanglah sebuah pensil mengajak bercakap dengan kertas yang masih membisu.

Pensil: “Ku goreskandalam tubuhmu ini dengan rasa semangatku. Puluhan lengkungan ini apakah sudah cukup membuatmu puas?”.

Kertas: “terimakasih… ini sangat mengasyikan.”.

Muncul lagi segerombol spidol penuh warna dan berkata

Spidol: “Kami juga siap memberi warna-warna ceria pada jiwamu.”.

Kertas: “terimakasih… ini sangat mengasyikan.”.

Spidol: “ hey kertas putih, kau ternyata nyaman untuk kami sehingga kami akan terus mewarnaimu.”.

Setelah spidol tadi berhasil mewarnai kertas, datanglah tipe-x yang berniat akan menghapus semua warna dalam kertas itu. Tetapi di sekitar situ masih banyak bahan-bahan yang mampu mendukung untuk menjadikan sebuah gambaran yang bermakna. Ada krayon, gliter, dan bolpoint. Mereka bersatu untuk menuangkan warna-warna dalam kertas itu. Alhasil bahan-bahan itu mewujudkan tatanan gambar yang bermakna.

***

Hidup itu memang keras. Kita harus kejam dengan diri kita. Jangan biarkan masa depan kita suram karena tak tau arah jalan yang dituju. Mengenali hidup sama saja mengenali lingkungan sekitar. Kita harus sadar sebagai makhluk sosial bahwa hidup harus saling berinteraksi.

Kita harus bisa bergaul dengan siapa saja. Dengan kita banyak bergaul maka kehidupan ini akan menjawab siapa diri kita sebenarnya. Diri kita punya komponen penting yang terdiri jadi 3 yaitu roh, jiwa, dan raga. Semua besinergi jadi satu. Semua orang pasti berbeda tergantung bagaimana orang itu mengenali dirinya dan mengasahnya. Ada yang merasa puas bila menekuni satu hal saja tapi berharga. Ada juga yang selalu mencoba dan terus mencoba. Itulah manusia.

Makna kehidupan itu juga tergantung pada pribadi masing-masing. Mungkin menurut seorang sarjana yang kemudian berprofesi sebagai pemulung itu akan bermakna dengan beranggapan yang penting kerja halal dan ikhlas. Tapi mungkin menurut orang di sekelilingnya, pemulung itu tak punya makna hidup, percuma sudah sarjana tapi hanya jadi pemulung. Jadi, makna hidup itu muncul dari sisi yang berbeda dan bagaimana cara kita memaknainya. Jika hidup kalian ingin bermakna teruslah bekerja, berdoa, berjuang, dan bersyukur. Entah kita kelak jadi apa itu didasari bekal hidup dan pilihan kita.

Memang dalam hidup itu penuh warna ada yang gelap ada yang terang seperti kumpulan spidol tadi. Warna-warna itu adalah salah satu bentuk motivasi diri. Di situlah proses penyadaran diri terbentuk, diantaranya:

Individu menyadari bahwa orang lain menyukai pandangan terhadap dirinya sebagai suatu pribadi.
Individu menyadari pandangan orang lain disertai penilaian, ujian, dan kecaman.
Individu menyadari terhadap penilaian orang lain positif/negative.


Namun saat semua warna itu membaur jadi satu, ada saja hambatan seperti munculnya tipe-x yang berusaha menghalangi jalan kita. Dalam hidup tak selamanya berjalan muluspasti ada banyak kendala. Misal ketika kita menampilkan hasil karya kita ada saja yang mencaci-maki. Di situlah waktu yang tepat untuk kita bangkit memberikan yang terbaik. Semua bisa dilalui jika kita tetap mau berjuang.

Banyak bergaul sangat membantu kita menjadi lebih baik. Tentunya dengan orang-orang yang mau merespek kita menuju arah maju. Jika kita bergelut dibidang seni maka kita harus banyak bergaul dengan seniman-seniman agar bakat seni kita kian terasah. Ingat, kita adalah makhluk social Harus saling berbagi terlebih ilmu. Dengan banyaknya ilmu yang kita bagikan maka kehidupan ini akan terasa lebih bergairah. Seperti dalam ilustri tadi ada krayon, gliter, dan bolpoint. Bahan-bahan itu sangat member nyawa pada kertas itu sehingga kertas itu menjadi indah penuh warna.

Dengan begitu ternyata banyak orang di sekitar kita sangat mempengaruhi kesuksesan kita. Kita harus pintar-pintar memfilter baik buruk lingkungan. Bila sebuah kertas tadi bisa menolaknya mengapa kita tidak. Tak ada yang sulit dalam memahami diir kita. Jika hal itu dirasa menimbulkan pengaruh positif yang besar untuk diri kita maka wajib dimasukan dalam 3 komponen yang sudah penulis jelaskan di atas. Jika pengaruhnya buruk hendaknya cepat tinggalkan. Itu semua yang tahu diri kita sendiri.

Ada pepatah mengatakan “Sepintar-pintarnya psikolog pun tidk lebih mengerti dirimu kecuali dirimu sendiri.” dan “Dukun mana yang paling mandi tidak melawan diri sendiri.”. Percaya diri itu paling penting.

Kalau kita sudah bisa membuktikan siapa diri kita maka dunia kita pasti berubah. Banyak dikenal orang tentu membuat kita akan tetap meningkatkan kualitas lagi dan lagi. Terus begitu mengalirnya. Inilah arti kehidupan sebenarnya.

Seperti kekaguman penulis dalam mengangkat cerita hidup Soimah. Dia punya banyak kenalan dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari seniman jalanan sampai seniman papan atas. Terkenal dengan sifat mudah bergaul membuatnya lebih banyak mendapatkan pengalaman seni.

Mengasah, menggali, mencoba, dan terus mencoba itulah hal yang selalu diterapkan Soimah dalam berkesenian. Walalupun banyak yang memandang sebelah mata dan mencaci-maki, Soimah tetap menganggap angin lalu saja.

Hal seperti itu pasti dialami setiap insane yang kerjanya sungguh-sungguh jadi jangan terlalu dipikirkan yang penting terus maju menerobos apa yang kita mau.

Sekarang Soimah bisa menunjukan pada dunia dengan talenta yang ia miliki. Suaranya yang khas member warna hingga ke pelosok nusantara bahkan dunia. Dulunya dia bukan siapa-siapa sekarang siapapun mengenalnya. Dulunya hanya kertas putih biasa sekarang lukisan yang bermakna.

Dunia telah berubah.



Roda

Konon katanya hidup ini seperti roda, ada kalanya diatas, ada kalanya kita berada dibawah. Namun dimata Tuhan semua sama, tidak peduli status sosial kita seperti apa. Jatuh bangun, sedih bahagia, susah mudah, adalah hal-hal yang mungkin saja kita alami sepanjang perjalanan hidup kita.

Seperti roda yang berputar, kadang posisinya diatas kadang juga harus dibawah, berpijak pada tanah. Begitu juga dengan hidup kita, pada suatu masa kita diberi nikmat akan kedudukan yang tinggi, tetapi di lain waktu bisa saja kita terjatuh hingga ke dasar.

Berputar menapaki jaman-jaman yang belum terjamah oleh waktu. Bersama dengan energi mengitari jeruji nasib. Nasib manusia adalah takdir yang Kuasa. Kitalah yang berusaha. Seperti dalam analogi kertas tadi, Roda kehidupan juga berperan penting dalam takdir ini. Takdir terbagi menjadi dua golongan. Takdir yang paten atau tak dapat lagi diubah karena memang kehendak Tuhan dan takdir yang bisa diubah dengan kerja keras hambanya, misal kepinteran, miskin menjadi kaya, kurus menjadi gendut. Kalau kita mau berusaha pasti kita bisa merubah takdir yang lebih baik. Kesuksesan bukan karena bejo melainkan karena kerja keras. Banyak yang bilang orang itu bejo bisa terkenal karena banyak kenalan, banyak uang bisa melakukan apa aja biar bisa terkenal. Tapi harus kita ketahui kesuksesan yang sejati datang dari jerih payah kita sendiri.

Dunia ini berputar pada porosnya. Pagi siang sore malam begitu seterusnya. Berbagai aktivitas kita lakukan. Malaikat selalu menjadi saksinya dan Tuhanlah hakimnya. Banyak diantara kita yang menyia-nyiakan waktu dalam roda kehidupan. Bagi mereka yang menyia-nyiakan itu seperti mayat hidup, tak tau arah tujuan. Tapi banyak pula orang yang selalu berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan demi merubah nasib menjadi lebih baik. Karena mereka yakin roda pasti berputar. Semula di bawah tak selamanya di bawah suatu saat pasti di atas seiring berjalannya waktu. Asalkan kita tetap bekerja keras dan menghargai proses baik hardskill maupun softskill. Seperti kata Soimah,

“Seseorang perlu mencapai sesuatu itu perlu proses, bukan yang tiba-tiba”

“Hargai proses”

Soimah dulu juga menjalani hidup penuh dengan kerja keras. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan ikhlas. Soimah mengajarkan kita untuk tetap menghargai proses walaupun suksesnya kita sekarang dulunya dengan proses. Proses panjang punya banyak cerita suka dan duka. Roda memang telah memutar kehidupan ini. Sinden ndesit bermata sipit ini sangat menanamkan sikap gesit dalam hidupnya. Hal ini perlu kita teladani. Dengan kita gesit jadi pandai mengatur waktu dan kita menjadi insan yang disiplin. Kehidupan sangat suka dengan orang yang disiplin pandai mengatur waktu, dengan pandai mengatur waktu maka proses kita akan terus mengiringi kita dalam putaran masa.

Selamat berproses dalam roda kehidupanJ







Nama         :  Megawati B.E.T 
Kelas          :  1EA11
NPM          :  14216346
Falkutas     :  Ekonomi
Jurusan      :  Manajemen
Ilmu Budaya Dasar Tugas 3


Universitas Gunadarma