Senin, 19 Desember 2016

TOKOH YANG MENGINSPIRASIKU…




S P O K (Soimah Pancawati Orang Kampung)



Nama asli : Soimah Pancawati
Tanggal lahir : 29 September 1980
Lahir di : Pati, Jawa Tengah, Indonesia
Zodiac : Libra
Terkenal sejak menjadi penyanyi latar dalam acara "Seger" ANTV

Soimah Pancawati atau yang lebih dikenal dengan nama Soimah merupakan artis multitalenta Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan penjual ikan Hadinarko dan Kasmiyati yang lahir pada 29 September 1980 di Pati, Jawa Tengah. Soimah adalah lima dari tujuh bersaudara. Keenam saudaranya antara lain Solihati, Solihin, Sofiah, Sofiatun, Nur Laila dan Sinta Fitriani.
Soimah merupakan istri dari Herwan Prandoko. Pernikahan yang terlaksana pada 2002 telah dikaruniai dua orang putra yaitu Aksa Uyun Dananjaya dan Diksa Naja Naekonang.
Bakat seni telah mengalir dalam diri Soimah. Tantenya, MM Ngatini, adalah istri dari pemilik padepokan tari Bagong Kussudiardjo yang ada di Jogjakarta. Tantenya tersebut lah yang selalu menyarankan agar Soimah bergaul dengan berbagai komunitas seni. Setelah lulus SMP, Soimah memutuskan melanjutkan pendidikan di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) jurusan karawitan. Kemampuan vokal Soimah menjadi alasan dia sering memenangkan lomba kesenian seperti Juara 1 lomba nyanyi Bintang Karaoke Dangdut se Jateng-DIY, Juara 1 Bintang Televisi dan Juara Dara Ayu.
Karir Soimah sebagai sinden semakin melambung ketika dirinya bergabung dengan Jogja Hip Hop Foundation. Bersama komunitas seni tersebut, Soimah menjalani tur dunia untuk yang pertama kalinya, pada 14 Mei 2011. Dari situlah ia memulai karir di dunia hiburan Indonesia. Karir pertamanya di dunia pertelevisian terjadi di AnTV. Saat itu ia menjadi penyanyi latar di acara "Seger".
Sosok Soimah tidak hanya terkenal karena suaranya. Pembawaan kocak artis 33 tahun ini membuatnya seringkali didapuk menjadi komedian. Selain itu, kepiawaiannya dalam melawak juga membuatnya mendapat program talk show pribadinya, "Show Imah". Ia juga sering muncul di televisi pada beberapa acara seperti "Indonesia Mencari Bakat", "Comedy Project" dan "Opera Van Java".

ASAL SOIMAH
“Semua dimulai saat aku lahir pada tanggal 29 September 1980. Aku anak perempuan desa yang lahir di kampung nelayan daerah pesisir pantai utara pulau Jawa. Nama desaku Banyutowo, sebuah desa yang tenang dekat tempat pelelangan ikan, dan rumahku hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Banyutowo berjarak 45 Km dari pusat kota Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Namaku Soimah Pancawati panggil saja aku Imah. Nama itu pemberian Mbah Modin, orang yang dituakan di desaku. Keempat kakakku juga diberi nama oleh mbah Modin, dan semua berawalan So, kakak sulungku bernama Solihati, kakak kedua Solihin, ketiga Sofiah lalu Sofiatun, dan aku Soimah. Sejak Mbah Modin meninggal, keluargaku kehilangan “So”, jadilah adikku bernama Nur Laila dan Sinta Fitriani. Aku anak ke lima dari tujuh bersaudara, bapakku Hadi Narko seorang pemain ketoprak tobong yang kemudian mengabdi menjadi carik desa di Banyutowo. Ibuku Kasmiyati, perempuan tangguh yang sehari-hari berdagang ikan laut.

Sebagai carik desa, ayahku adalah orang terpandang. Desaku adalah kampung nelayan yang sederhana, dan aku hidup di lingkungan yang jauh dari kemewahan. Tapi keluargaku tidak hidup dalam kekurangan, di rumahku ada tivi, dan itu menjadi barang “mewah” di desaku. Setiap hari banyak orang di desaku yang numpang nonton tivi di rumah.

Ibuku sangat galak, meskipun keluargaku tergolong hidup kecukupan untuk ukuran desaku, tapi Ibu mengajarkan aku dan semua saudaraku tentang perjuangan hidup dan mengisinya dengan kerja keras. Sekolah nomer dua, nomer satu adalah membantu orang tua, begitu cara ibu mendidik aku. Dirumah sudah ada pembagian tugas, mulai dari kerjaan dapur, nyapu, ngepel, dan cuci piring. Aku sudah terbiasa,  dan itu kita lakukan secara bergiliran.
Sejak SD aku terbiasa tidak menerima uang jajan, jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat, jadi kalau haus atau lapar tinggal pulang ke rumah. Tugas menggarami ikan, membolak-balik ikan yang sedang diasapi adalah bagianku, bahkan tanganku sampai merah karena sering terkena asap panas, badankupun setiap hari bau ikan. Aku juga menyiapkan potongan blarak (daun kelapa kering) untuk membungkus ikan pindang. Setiap hari aku bangun jam 3 pagi menyiapkan ikan untuk dijual ke pasar, dan paginya aku pergi ke sekolah, setelah pulang sekolah aku istirahat sebentar dan makan siang, kemudian kembali melakukan tugas rutinku bergelut dengan ikan dan asap sampai jam 11 malam.

Aku tidak punya waktu bermain seperti teman-teman sebayaku, waktuku lebih banyak untuk bekerja membantu ibu mengolah ikan. Libur sekolah bukanlah hari istimewa buat aku dan saudaraku, tapi justru saat cuaca kurang baik dan nelayan tidak ada yang melaut, saatnya musim laut sepi, begitulah aku menyebutnya. Baru lah aku terbebas dari pekerjaan mengolah ikan, dan libur yang sebenarnya telah datang, aku bisa bermain sepuasku.

Di musim laut sepi inilah ibuku berjualan nasi, dan biasanya di lapangan dekat rumahku kedatangan rombongan ketoprak tobong yang selalu berpindah tempat seperti pasar malam. Dan biasanya waktu itu bersamaan dengan upacara adat sedekah laut yang berlangsung setiap tahun. Ibuku menyediakan nasi dan lauk pauk untuk rombongan ketoprak tobong yang tinggal cukup lama di lapangan desaku. Setiap berangkat  sekolah, aku melewati area tobong di sela-sela kursi penonton. Aku sering menemukan uang recehan yang jatuh dari saku penonton di pertunjukan malam sebelumnya, dan itu membuat aku ketagihan untuk berburu uang receh di sela-sela kursi penonton setiap pagi saat aku berangkat ke sekolah.

Ketoprak tobong menjadi pengisi waktu bermainku di saat kecil, aku biasa nonton pertunjukan dari bawah panggung, dan tidak perlu bayar tiket. Hubungan keluargaku sudah sangat dekat dengan rombongan pemain ketoprak tobong. Dan aku mengenal pelawak Marwoto dan Mbok Beruk juga di lapangan dekat rumahku, saat mereka ikut rombongan ketoprak tobong dari Jogja.

Di kampungku para nelayan biasa menyalakan radio dengan suara yang cukup kencang, dan musik yang disukai adalah musik gambus, orang-orang biasa menyebutnya musik dangdut atau musik melayu. Dan aku sampai hafal banyak lagu dangdut karena sering mendengarkan secara tidak sengaja, aku sering ikut menyanyi ngikutin suara lagu dari radio itu. Kesukaanku iseng nyanyi, rupanya malah didukung sama ibu.

Waktu itu aku masih SD, setiap ibu nonton tivi bareng aku, ibu selalu bilang “Mbok kowe ki mlebu tivi kuwi, dadi aku iso ndelok kowe” (Coba kamu itu masuk tivi seperti itu, jadi aku bisa lihat kamu). Aku selalu merasa ibuku jahat saat aku kecil, ibuku galak, aku harus bekerja keras disaat teman seusiaku asyik bermain. Tapi sebenarnya ada doa yang kuat, yang aku sadari justru setelah beliau sudah tidak ada.” (by:Soimah)
***

Sepenggal kisah dari seorang gadis pasar ikan asal Banyutowo ini menjadi motivasi untuk kita semua, anak bangsa. Hormati orang tua, terutama ibu. Segalak-galaknya orang tua itu mengajarkan yang terbaik untuk masa depan anak-anaknya. Jika melakukan perintah orang tua hukumnya wajib dilaksanakan serta ikhlas. Jangan menunda-nunda, karena itu akan mempersulit diri. Saya jadi teringat akan kutipan ibu, “Elek-elek ngene sing mertapakake sira!” artinya walapun sejelek apapun orang tua mereka adalah sosok yang paling memperhatikan anaknya. Doa dan restunya sangat ampuh bagai air yang menetes di padang gersang. Jangan seperti jambu menthe(kepala menthe di bawah, kaki di atas) yang menjadi symbol anak kualat. Berprasangka baiklah terhadap orang tua agar tak menyesal nantinya.
Mengenali dan terus mengembangkan potensi diri dengan terus menekuni apa yang disuka. Seperti Soimah, dia suka seni dari kecil maka terus berlatih dalam berkesenian.
Penanaman kedisiplinan dan rutinitas pekerjaan rumah oleh orang tua sangat mendorong anaknya menuju pintu kesuksesan karena pribadi seperti itu larut dengan kebiasaan untuk bekal hidup masa depan agar tidak canggung dikejar waktu. Ibu saya pernah bilang saat saya membantunya mengilas padi, “besok kalau jadi orang sukses pekerjaan kaya gini tidak dikerjakan gak apa-apa, tapi juga jangan melupakan pekerjaan seperti ini. Hidup itu berputar tak selamanya di atas, harus siap siaga.” Memandang sukses masa depan memang penting tapi yang terpenting bekal hiidup untuk siap siaga menghadapi kenyataan yang ada. Hal terpenting lainnya adalah mandiri. Mandiri dalam hal apapapun dan buat kedewasaan sesuai usia, dalam bahasa jawa dikenal istilah temua.
Tuhan pasti ada untuk kita, selalu mengiringi langkah kita, mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi yaitu masa depan. Tataplah masa depan yang gemilang. Buatlah nyata.
“My Dream become true… I do believe with struggle”.


MASA SEKOLAH SOIMAH

Selama masa kanak-kanak dia punya banyak teman. Teman-teman yang sangat mengerti betul siapa itu Soimah. Soimah yang sekarang kita kenal ternyata mempunyai masa kecil yang kelam penuh dengan liku-liku apalagi disaat dia harus berjuang melawan kebodohan. Walaupun anak desa tapi pendidikan tetap yang utama. Dua diantara teman-temannya adalah Wahyu Ratnasari(Yeye) dan Puji Setya Ningrum.

Wahyu Ratnasari(Yeye)

Yeye adalah teman satu kampungnya.

Cerita Tentang Soimah oleh sahabatnya, Yeye.

Masa kecilnya benar-benar tidak punya waktu bermain. Jam 1 pulang sekolah lalu jam 2 ikan dari pelelangan sudah datang dan ikan harus digarami guna menyiapkan ikan itu untuk diasapi setelah itu pergi beli kayu bakar yang digendong lumayan jauh. Setelah sampai rumah barulah mengasapi ikan. Dari sekian banyak saudara memang dia yang paling rajin. Itu sampai kalau dia lelah tidak berani bilang “capek” sama ibunya, kalau alasan: “buk saya mau momong Sinta. Jadi saya mau momong sinta mau ngasih makan.” Lalu dia ke rumah saya , jalan menggendong Sinta sambil membawa payung agar si adik tidak kena terik matahari. Setelah sampai rumah saya, Saya yang momong dan nyuapin Sinta, Dia tidur. Hebat ini..” (by: Mbak Yeye)

***

Soimah termasuk orang yang pandai menyimpan perasaannya. Dia hanya bercerita mencurahkan hatinya dengan mbak Yeye. Tidak pernah ditunjukan sama keluarganya. “Kalau keluar rumah sudah hihahihi kaya orang gila gitu. Saya tau banget perasaannya dia nyesel banget, salah satu tetangga yang sangsi sama Soimah karena kemampuannnya. Gak tau orang itu iri atau gimana, ngomongin Soimah dan keluarga jelek, Seandainya Ibu masih ada mungkin dia bisa banggakan orang tua, sehingga orang itu tau kalau Imah memang mampu. Tapi dulu waktu Ibunya dipanggil Tuhan posisi Soimah belum seperti sekarang.” jelas Yeye. (by: Devina)

***

Dia termasuk artis tingkat kabupaten. Kalau ikut lomba-lomba dia selalu juara 1, sering diajak acara tujuhbelasan dan les nari bareng. Pernah suatu ketika dapat undangan ke Rembang, lumayan memakan waktu 3 jam dari Banyutowo. Buat nari dan nyanyi dibayar 3000. Kami sudah bangga dengan 3 ribu rupiah itu karena biasanya malah tidak dibayar. Rombongan kesenian desa kami naik bis di tengah perjalanan rodanya lepas satu.

Anak-anak lain kalau kenaikan kelas bisa beli sepatu dan tas baru sedangkan Soimah kalau beli tas baru dan sepatu hasilnya didapat dari nari dan mengumpulkan uang dari ketoprak tobong. Kalau berangkat sekolah Yeye naik sepeda. Yeye juga sering ditumpangi Soimah..

“Kalo berangkat sekolah nebeng sepeda saya yang mboncengin Yeye, berat sih, soalnya dia dulu besar” saut Soimah.



PUJI SETYA NINGRUM

18 tahun tidak ketemu. Temen SMP-nya satu bangku.

Cerita Tentang Soimah oleh Sahabatnya, Puji.

Menurut Puji sosok Soimah seperti: “Dia itu jail, periang, biarpun ada masalah gak pernah ditunjukin orang2 tetap super ceria.” (by: Mb Puji)

Cerita Soimah tentang sebuah Stepler:

Kalo aku sekolah selalu bawa stepler sama isinya, kalo sekolah saya datang pagi banget. Piket bersih-bersih kelas sambil buat mengerjakan PR soalnya di rumah hampir tak ada waktu buat belajar. jam 11 malam masak ikan tunggu ikan dingin, jam 1 dini hari ngetos(air dari ikan ditirisin), kalo tidur jam 2 lalu bangun jam 5 bantuin ibu berangkat pasar. Seakan-akan kerja keras tertekan tapi ikhlas. Di sekolah balas dendam. Jiwa kekanak-kanakannya keluar, buku-buku paket teman-teman saya selalu ditinggal di laci. Nah, 10 halaman saya klip, 10 halaman lagi saya klip, biar pas ujian gak nyontek.

Saya sempat iri sama Puji. Dia kan primaodona cantik. Semua pada nggodain Puji nggak ada yang menggoda saya. Kalo cewek duduk kan melengkung roknya tuh, terus saya iseng. Klip aja roknya dia, dari kolong meja juga saya klip-klip, jadi ketika dipanggil guru “Puji”… grek.!! (Alias nggak bisa bangun). (by: Soimah)



SOIMAH KARTINI MASA KINI

Wanita. Dalam bahasa jawa ada sebuah kerata basa yang menjelaskan bahwa wanita dari kata wani ditata. Artinya, wanita itu kodratnya harus berani dalam menghadapi segala hal, tak gentar dengan kerasnya masa, dan tak susah melawan keraguan. Wanita generasi muda adalah kartini-kartini masa depan. Dua pertanyaan Kartini yang menjadi dasar pemikirannya untuk memajukan kaum wanita,

1.      Apa sebab wanita sampai dapat dijadikan objek kesenangan kaum pria, seakan-akan mereka tidak punya pikiran dan pendapat atau perasaan sendiri?
2.      Dan sebaliknya, apa sebab kaum pria sampai menganggap wanita sebagai sebuah “golek”, sebuah boneka barang mati yang boleh diperlakukan semaunya, seolah-olah wanita itu bukan sesame manusia?
Menurut Soimah, wanita sekarang tidak boleh berhenti hanya cukup 3M saja (Masak, Macak, Manak). Secara implisit dari perkataannya, wanita harus bisa dalam segala hal baik ruamh tangga, dapur, mengurus diri, pendidikan, maupun ketrampilan lainnya terlebih dalam berkesenian.

Predikatnya sebagai artis hanya di layar kaca saja dan di Jakarta, sedangkan kalau di rumah, ia kembali memenuhi tanggung jawabnya. “Kalau di Jakarta jadi artis, kalo di rumah ya jadi ibu rumah tangga, jangan menghilangkan jati diri ibu rumah tangga karena ada saatnya jadi artis. Ada saatnya jadi ibu rumah tangga,” ucapnya.

Bekerja untuk nafkah merupakan keharusan bagi orang dewasa. Wanita juga tidak boleh hanya bertopang dagu dan berpangku tangan saja. Harus bisa berkarya dalam segala hal.

Bagi Soimah terus berkarya itu penting. Beliau pernah berkata pada suatu ajang pencarian bakat saat mengomentari penari cilik asal Bogor, sebut saja namnya Sandrina yang initinya bahwa dalam berkarya itu jangan bosan-bosan buat trobosan baru. Kalau kita hanya menekuni satu bidang saja bisa-bisa kedepannya kurang laku, harus banyak menggali potensi dalam diri kita. Misal, punya bakat menari, jika sudah hebat dalam menari cari trobosan lain entah nyanyi, musik, atau apa saja. Soimah mengambil contoh lain lagi, Seorang mentalist ternama, Deddy Cobuzier dulu dia gondrong sekarang mengubah penampilannya menjadi tak berambut. Nah, itu salah satu bentuk trobosan baru.

Ada banyak kesamaan antara dua tokoh yang saya angkat ini, Soimah dan Kartini:

1.      Mereka adalah wanita jawa.
Kartini hanyalah manusia biasa bukan dewi yang tidak dapat berbuat salah. Namun Kartini dilahirkan untuk menjadi seorang pemikir bagi kaum wanita di negerinya. Tuhan Yang Maha Esa member karunia padanya sifat yang luar biasa: berbudi luhur, cita-cita yang tinggi,kemauan keras, suka menolong, dan mempunyai inner beauty yang selalu terpancar dalam sosoknya.

Pertanyaannya, apakah perjuangan Kartini telah selesai? Apakah wanita Indonesia harus terus berjuang?

Kartini akan terus menamani langkah kita menuju bangsa yang maju. Berjuang terus demi meningkatkan martabat wanita. Kartini selalu memberi nyawa bagi banyak wanita Indonesia. Termasuk sosok sinden asal Pati ini.

Sebagai wanita jawa, Kesamaan Soimah dengan Kartini diantaranya sifat rendah hati, lemah lembut, tindak-tunduk wanita jawa meski jika di panggung hiburan Soimah lebih dominan menampakan sikap keras dan banyak tingkahnya. Tetap mempertahankan kebaya yang melekat tubuh rampingnya.

2.      Mereka adalah wanita yang periang, lincah, suka ketawa, dan dapat ,melupakan bahwa ia dikurung rapat.
Kata dikurung rapat ini masa kecil mereka banyak tinggal di rumah. Kartini menjalani adat pingitan dimana seorang wanita yang menginjak usia remaja tidak boleh main ke luar rumah serta hari-hari yang membosankan, sedangkan Soimah menjalani kewajiban membantu ibunya berjualan ikan meski hari libur sekalipun dan tak boleh bermain sebelum tugas rumah selesai.

3.      Masa kecil sering mengasuh adik.
Adik Kartini bernama Roekmini dan Kardinah.
Adik Soimah bernama Nur Laila dan Sinta Fitriani.

4.      Wanita dengan semanagt juang yang tinggi.
Kartini berjuang keras untuk mencerdaskan kaum wanita di negerinya. Sehinggah Kartini mendapat predikat dari para kaumnya sebagai Pelopor Emansipasi Wanita. Nah, salah satu wujud emansipasi dilukiskan dalam perjuangan Soimah. Soimah berjuang keras untuk bisa mengharumkan nama sinden di Nusantara, yang era belakangan ini banyak yang menganggap kuno dan menyepelekan. Sehingga Soimah mendapat sebutan sebagai Pesinden Republik Indonesia.


Keteladanan antara dua tokoh tersebut mengajarkan kita untuk  menjadi wanita tangguh, punya prinsip, dan mengutamakan pendidikan serta cinta terhadap seni budaya bangsa.
***


Kertas

Selembar kertas putih bersih nan suci akan tetap bisu bila tak kita jamah sama sekali. Padahal jika mau menggoreskan sedikit tinta saja, kertas itu akan member jawaban atas apa yang kita lakukan. Coba kamu ambil selembar kertas HVS putih yang masih dalam tumpukan rim. Masih terlihat halus dan bersih bukan. Anggap saja kertas itu barang berharga kita. Jika hanya dilihat saja tak akan ada perubahan dari kertas itu meskipun melihatnya dari sisi berbeda. Diputar, dibalik, ditiup wujudnya sama saja persegi panjang putih dan bersih tanpa goresan.

Tak lama kemudian datanglah sebuah pensil mengajak bercakap dengan kertas yang masih membisu.

Pensil: “Ku goreskandalam tubuhmu ini dengan rasa semangatku. Puluhan lengkungan ini apakah sudah cukup membuatmu puas?”.

Kertas: “terimakasih… ini sangat mengasyikan.”.

Muncul lagi segerombol spidol penuh warna dan berkata

Spidol: “Kami juga siap memberi warna-warna ceria pada jiwamu.”.

Kertas: “terimakasih… ini sangat mengasyikan.”.

Spidol: “ hey kertas putih, kau ternyata nyaman untuk kami sehingga kami akan terus mewarnaimu.”.

Setelah spidol tadi berhasil mewarnai kertas, datanglah tipe-x yang berniat akan menghapus semua warna dalam kertas itu. Tetapi di sekitar situ masih banyak bahan-bahan yang mampu mendukung untuk menjadikan sebuah gambaran yang bermakna. Ada krayon, gliter, dan bolpoint. Mereka bersatu untuk menuangkan warna-warna dalam kertas itu. Alhasil bahan-bahan itu mewujudkan tatanan gambar yang bermakna.

***

Hidup itu memang keras. Kita harus kejam dengan diri kita. Jangan biarkan masa depan kita suram karena tak tau arah jalan yang dituju. Mengenali hidup sama saja mengenali lingkungan sekitar. Kita harus sadar sebagai makhluk sosial bahwa hidup harus saling berinteraksi.

Kita harus bisa bergaul dengan siapa saja. Dengan kita banyak bergaul maka kehidupan ini akan menjawab siapa diri kita sebenarnya. Diri kita punya komponen penting yang terdiri jadi 3 yaitu roh, jiwa, dan raga. Semua besinergi jadi satu. Semua orang pasti berbeda tergantung bagaimana orang itu mengenali dirinya dan mengasahnya. Ada yang merasa puas bila menekuni satu hal saja tapi berharga. Ada juga yang selalu mencoba dan terus mencoba. Itulah manusia.

Makna kehidupan itu juga tergantung pada pribadi masing-masing. Mungkin menurut seorang sarjana yang kemudian berprofesi sebagai pemulung itu akan bermakna dengan beranggapan yang penting kerja halal dan ikhlas. Tapi mungkin menurut orang di sekelilingnya, pemulung itu tak punya makna hidup, percuma sudah sarjana tapi hanya jadi pemulung. Jadi, makna hidup itu muncul dari sisi yang berbeda dan bagaimana cara kita memaknainya. Jika hidup kalian ingin bermakna teruslah bekerja, berdoa, berjuang, dan bersyukur. Entah kita kelak jadi apa itu didasari bekal hidup dan pilihan kita.

Memang dalam hidup itu penuh warna ada yang gelap ada yang terang seperti kumpulan spidol tadi. Warna-warna itu adalah salah satu bentuk motivasi diri. Di situlah proses penyadaran diri terbentuk, diantaranya:

Individu menyadari bahwa orang lain menyukai pandangan terhadap dirinya sebagai suatu pribadi.
Individu menyadari pandangan orang lain disertai penilaian, ujian, dan kecaman.
Individu menyadari terhadap penilaian orang lain positif/negative.


Namun saat semua warna itu membaur jadi satu, ada saja hambatan seperti munculnya tipe-x yang berusaha menghalangi jalan kita. Dalam hidup tak selamanya berjalan muluspasti ada banyak kendala. Misal ketika kita menampilkan hasil karya kita ada saja yang mencaci-maki. Di situlah waktu yang tepat untuk kita bangkit memberikan yang terbaik. Semua bisa dilalui jika kita tetap mau berjuang.

Banyak bergaul sangat membantu kita menjadi lebih baik. Tentunya dengan orang-orang yang mau merespek kita menuju arah maju. Jika kita bergelut dibidang seni maka kita harus banyak bergaul dengan seniman-seniman agar bakat seni kita kian terasah. Ingat, kita adalah makhluk social Harus saling berbagi terlebih ilmu. Dengan banyaknya ilmu yang kita bagikan maka kehidupan ini akan terasa lebih bergairah. Seperti dalam ilustri tadi ada krayon, gliter, dan bolpoint. Bahan-bahan itu sangat member nyawa pada kertas itu sehingga kertas itu menjadi indah penuh warna.

Dengan begitu ternyata banyak orang di sekitar kita sangat mempengaruhi kesuksesan kita. Kita harus pintar-pintar memfilter baik buruk lingkungan. Bila sebuah kertas tadi bisa menolaknya mengapa kita tidak. Tak ada yang sulit dalam memahami diir kita. Jika hal itu dirasa menimbulkan pengaruh positif yang besar untuk diri kita maka wajib dimasukan dalam 3 komponen yang sudah penulis jelaskan di atas. Jika pengaruhnya buruk hendaknya cepat tinggalkan. Itu semua yang tahu diri kita sendiri.

Ada pepatah mengatakan “Sepintar-pintarnya psikolog pun tidk lebih mengerti dirimu kecuali dirimu sendiri.” dan “Dukun mana yang paling mandi tidak melawan diri sendiri.”. Percaya diri itu paling penting.

Kalau kita sudah bisa membuktikan siapa diri kita maka dunia kita pasti berubah. Banyak dikenal orang tentu membuat kita akan tetap meningkatkan kualitas lagi dan lagi. Terus begitu mengalirnya. Inilah arti kehidupan sebenarnya.

Seperti kekaguman penulis dalam mengangkat cerita hidup Soimah. Dia punya banyak kenalan dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari seniman jalanan sampai seniman papan atas. Terkenal dengan sifat mudah bergaul membuatnya lebih banyak mendapatkan pengalaman seni.

Mengasah, menggali, mencoba, dan terus mencoba itulah hal yang selalu diterapkan Soimah dalam berkesenian. Walalupun banyak yang memandang sebelah mata dan mencaci-maki, Soimah tetap menganggap angin lalu saja.

Hal seperti itu pasti dialami setiap insane yang kerjanya sungguh-sungguh jadi jangan terlalu dipikirkan yang penting terus maju menerobos apa yang kita mau.

Sekarang Soimah bisa menunjukan pada dunia dengan talenta yang ia miliki. Suaranya yang khas member warna hingga ke pelosok nusantara bahkan dunia. Dulunya dia bukan siapa-siapa sekarang siapapun mengenalnya. Dulunya hanya kertas putih biasa sekarang lukisan yang bermakna.

Dunia telah berubah.



Roda

Konon katanya hidup ini seperti roda, ada kalanya diatas, ada kalanya kita berada dibawah. Namun dimata Tuhan semua sama, tidak peduli status sosial kita seperti apa. Jatuh bangun, sedih bahagia, susah mudah, adalah hal-hal yang mungkin saja kita alami sepanjang perjalanan hidup kita.

Seperti roda yang berputar, kadang posisinya diatas kadang juga harus dibawah, berpijak pada tanah. Begitu juga dengan hidup kita, pada suatu masa kita diberi nikmat akan kedudukan yang tinggi, tetapi di lain waktu bisa saja kita terjatuh hingga ke dasar.

Berputar menapaki jaman-jaman yang belum terjamah oleh waktu. Bersama dengan energi mengitari jeruji nasib. Nasib manusia adalah takdir yang Kuasa. Kitalah yang berusaha. Seperti dalam analogi kertas tadi, Roda kehidupan juga berperan penting dalam takdir ini. Takdir terbagi menjadi dua golongan. Takdir yang paten atau tak dapat lagi diubah karena memang kehendak Tuhan dan takdir yang bisa diubah dengan kerja keras hambanya, misal kepinteran, miskin menjadi kaya, kurus menjadi gendut. Kalau kita mau berusaha pasti kita bisa merubah takdir yang lebih baik. Kesuksesan bukan karena bejo melainkan karena kerja keras. Banyak yang bilang orang itu bejo bisa terkenal karena banyak kenalan, banyak uang bisa melakukan apa aja biar bisa terkenal. Tapi harus kita ketahui kesuksesan yang sejati datang dari jerih payah kita sendiri.

Dunia ini berputar pada porosnya. Pagi siang sore malam begitu seterusnya. Berbagai aktivitas kita lakukan. Malaikat selalu menjadi saksinya dan Tuhanlah hakimnya. Banyak diantara kita yang menyia-nyiakan waktu dalam roda kehidupan. Bagi mereka yang menyia-nyiakan itu seperti mayat hidup, tak tau arah tujuan. Tapi banyak pula orang yang selalu berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan demi merubah nasib menjadi lebih baik. Karena mereka yakin roda pasti berputar. Semula di bawah tak selamanya di bawah suatu saat pasti di atas seiring berjalannya waktu. Asalkan kita tetap bekerja keras dan menghargai proses baik hardskill maupun softskill. Seperti kata Soimah,

“Seseorang perlu mencapai sesuatu itu perlu proses, bukan yang tiba-tiba”

“Hargai proses”

Soimah dulu juga menjalani hidup penuh dengan kerja keras. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan ikhlas. Soimah mengajarkan kita untuk tetap menghargai proses walaupun suksesnya kita sekarang dulunya dengan proses. Proses panjang punya banyak cerita suka dan duka. Roda memang telah memutar kehidupan ini. Sinden ndesit bermata sipit ini sangat menanamkan sikap gesit dalam hidupnya. Hal ini perlu kita teladani. Dengan kita gesit jadi pandai mengatur waktu dan kita menjadi insan yang disiplin. Kehidupan sangat suka dengan orang yang disiplin pandai mengatur waktu, dengan pandai mengatur waktu maka proses kita akan terus mengiringi kita dalam putaran masa.

Selamat berproses dalam roda kehidupanJ







Nama         :  Megawati B.E.T 
Kelas          :  1EA11
NPM          :  14216346
Falkutas     :  Ekonomi
Jurusan      :  Manajemen
Ilmu Budaya Dasar Tugas 3


Universitas Gunadarma



Jumat, 04 November 2016

ADAT PERNIKAHAN YOGYAYAKARTA




1.     Nontoni
Nontoni adalah tahap awal dalam proses menuju pernikahan. Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dinikahinya. Jaman dulu, atau beberapa puluh tahun yang lalu, orang yang akan menikah belum tentu tahu dan kenal dengan orang yang akan dinikahinya. Prosesi ini bertujuan agar calon pengantin ada gambaran siapa dan seperti apa jodohnya nanti.

2.     Lamaran
Setelah acara Nontoni calon dan si perjaka menerima pilihan orangtuanya, selanjutnya dilanjutkan acara lamaran. Melamar berarti meminang, karena pada zaman dulu diantara calon pengantin pria dan wanita kadang masih belum saling mengenal. Oleh karena itu, orang tualah yang mencarikan jodoh dan menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini kemudian bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.

3.     Peningsetan
Peningsetan berasal dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, jadi peningsetan berarti pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orangtua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin puteri.

4.     Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau). Pemasangan tarub biasanya bersamaan dengan acara siraman (memandikan calon pengantin), yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.

5.     Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumah saudara atau tetangga dekat. Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap ditempat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.

6.     Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni.

7.     Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.

8.     Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

9.     Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan.

10.  Upacara Panggih
Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.



DOSEN          :   RMITA HAPSARI

NAMA KEL  :   GUSTI FADILLAH.A     (13216110)
    IBRAHIM ZIDANE        (13216360)
                            INTAN LABIBAH           (13216543)
                            IZAS YAKSA                    (13216650)
                            KUSNADI                         (13216110)
    MEGAWATI B.E.T          (14216346)
                            M.NAUFAL FAJAR         (18216435)
    RIFKY RIFALDI              (14216454)
KELAS          : 1EA11
NPM              : 13216650
JURUSAN     : MANAGEMENT





Jadi itulah tahapan-tahapan dalam pernikahan adat di Yogyakarta… J

Cerpen Remaja


REGREAT


Anne Zara Feodora. Itulah namaku. Nama pemberian orang tuaku yang sudah berada di atas sana. Yang sudah tenang disana. Aku sangat suka nama itu, nama yang selalu mengingatkan ku pada kehangatan keluargaku dulu. 

Aku tinggal dengan bibi dan paman ku di salah satu Kota di Bandung. Kota yang sangat sejuk dan menenangkan jiwa saat senja. 

Aku mempunyai seorang sahabat, sahabat yang selalu memberiku semangat dan motivasi untuk tidak menyerah dan mengeluh pada kerasnya hidup. 

Ya namanya Jevan Dwi Arya. Orang yang selalu memarahi ku saat aku sudah salah arah. Dia lah segalanya bagiku. Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain Jevan yang mengisi hariku. Ia pernah mengatakan pada ku saat aku sedang berada di titik terpuruk yaitu:

"Be like candle. It dances even in the darkness." 

Ya kita harus seperti lilin, ia tetap menari walau di dalam kegelapan. Ia tetap bercahaya walau gelap telah menyeruap, karna ia tahu bahwa ia harus tetap memberi pencahayaan pada dirinya maupun orang lain untuk tidak larut dalam gelapnya kehidupan.

Aku dan Jevan sekarang sudah menginjak kuliah semester 3 di ITB. Kita saling membantu saat mengerjakan soal-soal yang rumit. Jevan sudah seperti kakak bagiku. Kakak yang amat ku sayang.

Saat ketika di tengah hujan yang sangat deras, ia menyatakan cintanya kepadaku. Ia menyatakan dengan kesungguhan hati dan terlihat sangat tulus saat mengucapkan kalimat 

"Anne aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa kalau hanya menjadi sahabatmu ne." 

Aku terpaku saat itu juga, aku tidak pernah berpikir bahwa Jevan mempunyai perasaan lain padaku. Dengan sangat hati hati aku menjawab

"Maaf Jevan aku sudah menganggapmu seperti kakakku. Teramat maaf aku tidak bisa menerimu. Aku sudah nyaman menjadi sahabatmu." 

Aku berlalu pergi dan tepat saat ku berbalik arah, Jevan menggenggam jemariku, membuat jantung ini berdetak tidak karuan. Aku menyukai Jevan. Menyukai bagaimana dia bertindak, menyukai bagaimana dia melindungiku, menyukai bagaimana dia selalu berada di sampingku saat suka maupun duka, Saat semua meninggalkan ku, saat itu juga dia menegaskan ku bahwa di dunia memang menuntut kita untuk terus melawan pada kejamnya kehidupan. Tapi saat hari itu berbeda. Aku seperti merasa ada yang beda di hatiku tapi langsung ku tepis perasaanku saat itu juga.

Aku menghadap lagi ke arahnya, aku tidak berani menatap iris matanya, aku hanya menatap kosong kedepan, tepat saat itu juga Jevan mencium pipi ku dan berkata

"Anne aku tidak akan menyakitimu, percayalah aku akan selalu di sampingmu." 

Untuk kedua kalinya ritme jantungku berdegub tidak normal. 
"Aku tidak bisa menerimamu sebagai kekasih Jevan, aku tidak bisa pergi jauh darimu kalau suatu saat nanti kita putus, aku tidak mau kita saling membenci." 

"Tidak Anne, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu jikalau kita sudah putus."

Aku tidak menjawab pernyataan itu, aku langsung berlari menjauh dari Jevan, aku tidak tahu harus berkata apalagi. Sesuatu cairan hangat juga mengalir deras di pipiku. Aku tidak menghapusnya karna hujan menutupi itu semua. Terimakasih hujan, berkatmu aku bisa menangis tanpa ada orang yang tahu.

Setelah semua kejadian di bawah derainya hujan tersebut, Jevan menghilang dari hidupku menghilang entah kemana. Aku mencari informasi kesana sini dan jawabannya Nihil, tidak ada yang tahu juga dimana keberadaan Jevan saat ini. Aku selalu menyesal mengapa waktu itu aku tidak membalas perasaannya, mengapa tidak ku coba untuk menjadikannya lebih spesial dari sekedar sahabat. 

Maafkan ku Jevan.
Dariku untukmu yang berada disana, aku sangat merindukanmu dan aku terlalu bodoh baru menyadari betapa berartinya dirimu.

Jikalau bisa waktu terulang kembali, aku tidak akan menolak ia saat  menyatakan cintanya, saat dimana ia menyatakannya dengan kesungguhan hati dan tulus terlihat dari binar matanya.

Sejuta maaf Jevan. Aku sudah mengabaikanmu, mengabaikan rasa cintamu, mengabaikan perasaanmu. 

Maaf.

Sabtu, 24 September 2016

KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA




Kabupaten  Muna  memiliki  letak  yang  sangat  strategis  karena  di antara  2  Kota  Besar  yang  salah  satunya  adalah  Ibu  Kota  Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-bau. Letak yang strategis ini memungkinkan besarnya interaksi Kabupaten Muna dengan Kota- kota besar tetangga maupun Propinsi dan Kabupaten  lainnya di Pulau Sulawesi. Sedang letak astronomis dari   Kabupaten Muna  terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa pada garis lintang 4°  06’ sampai dengan 5°  15’ Lintang Selatan dan dari Barat ke Timur 122° 8’ Bujur Timur hingga 123° 15’ Bujur Timur dan luas daratan adalah seluas 2.963,97 Km²  atau 296.397 Ha.

Kabupaten Muna, seperti halnya kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia terdapat sembilan sektor yang memberikan konstribusi yang sangat berarti terhadap perekonomian yaitu Pertanian; Pertambangan dan penggalian; Industri Pengolahan; Listrik; gas; dan air bersih; Konstruksi/bangunan; Perdagangan; Hotel/restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan dan Sektor jasa. Sektor yang konstribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Muna yang  mengalami peningkatan antara lain: Sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sedang keenam sektor lainnya mengalami penurunan. Sementara untuk sektor pertanian, walaupun selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi, namun sektor tersebut  tetap merupakan sektor  yang paling banyak memberikan konstribusi terhadap perekonomian di Kabupaten Muna. Aktivitas keuangan Pemerintah daerah yang dicakup terdiri dari  keuangan  Pemerintah Kabupaten/Kota. Kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah sangat bergantung dari tesedianya sumber-sumber pandapatan Daerah baik yang berasal dari Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun sumber dana yang berasal dari bantuan Pemerintah Pusat atau setingkat diatasnya bagi Pemerintah Tingkat Kabupaten dan Kota. Sumber-sumber pembiayaan Pembangunan dan rutin dalam penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Muna terdiri dari bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, bagi pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan dari pemberian Pemerintah dan atau Instansi yang lebih tinggi, pinjaman Daerah dan yang bersumber dari urusan kas dan perhitungan. Secara makro, rencana dan realisasi anggaran dan pendapatan belanja daerah tampak meningkat setiap tahunnya.

Dalam hubungannya dengan budaya keyakianan, pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dalam mempertahankan kelestarian lingkungan diperlukan moralitas yang berpangkal pada kepercayaan agama yang dianut oleh masyarakat lokal. Pemanfaatan sumber daya huatan yang tidak eksploratif dapat menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana terhadap lingkungan alam sekitarnya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan pembangunan ekonomi, sosial budaya maupun kegiatan-kegiatan keagamaan seperti upacara ritual dan pemberian sesajen terhadap pohon yang dianggap keramat yang dilakukan pada saat panen hasil perkebunan. Kemudian kepercayaan masyarakat akan hal-hal mistik dengan tidak menebang pohon merupakan bagian dari menjaga kelestarian lingkungan itu sendiri. Pemerintah daerah Kabupaten Muna sangat memperhatikan kepentingan masyarakatnya terutama dalam hal beribadah. Untuk itu Pemerintah telah banyak membangun fasilitas rumah tempat peribadatan yang beragam dikarenakan masyarakat Kabupaten Muna menganut beragam  agama. Fasilitas  tempat ibadah yang dibangun tersebar pada setiap hampir semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna, selain itu Kabupaten Muna sendiri memiliki Identitas Simbolik Pohon Jati dikatakan sebagai pohon jati dikarenakan sebagai penghasil kayu jati terbesar di Sulawesi Tenggara yang mana jati sendiri telah dimanfaatkan sebagai gembol yang dapat dijadikan meja, jam dinding dan hiasan rumahan lainnya dan komoditas penghasil nafkah bagi sebagian keluarga di masyarakat Muna.

        Kabupaten Muna dewasa ini sudah mengalami banyak perubahan terutama dari segi moral dan karakter masyarakat. Falsafah orang tua Muna zaman dulu begitu indah. Dapoangka-angkatau, dapopia-piara, dapomasi-masigho, dapoadha-adhati yang mengajarkan untuk saling mengikuti dan bersama-sama dalam kebaikan, saling tenggang rasa/ menghargai, saling menyayangi dan bersifat sopan santun/ punya adat atau etika tanpa memandang jabatan, suku, agama, strata sosial: Kaumu (kaum bangsawan/ turunan raja/ yang berhak menjadi raja), Walaka (golongan kedua setelah kaum bangsawan dalam strata sosial orang Muna/ berhak atas pemerintahan/ sara) atau Anangkolaki (golongan masyarakat biasa) selayaknya mengimplementasikan nilai-nilai peninggalan orang tua Muna tersebut  tetapi sangat disayangkan hampir semua anak-anak muda termasuk orang tua masa kini melupakan falsafah hidup itu sehingga konflik kekerasan terus bermunculan dari generasi ke generasi berikutnya.

Sangat Ironis daerah yang 95% dihuni oleh suku asli Muna secara mayoritas dengan agama Islam tapi konflik kekerasan semakin meningkat bahkan dikalangan anak-anak muda dimana perilaku tersebut di pengaruhi oleh :
1. Masyarakat Muna kehilangan identitas diri sebagai masyarakat yang berbudaya dimana terlihat dari masyarakata Muna lebih senang berbicara mengenai politik,  tidak pernah berhenti debat tentang calon bupati atau gubernur menjelang bahkan pasca Pilkada, mulai dari kalangan elit hingga pada masyarakat petani nelayan dan hampir seluruh orang Muna. Jika bicara politik, kecenderungan untuk melupa tentang segalanya termasuk kegiatan ekonomi. Sesungguhnya kendaraan untuk memperoleh kekuasaan “vehicle to get the power” adalah menguasai sumber-sumber ekonomi. Sayangnya penguasaan atas sumber-sumber ekonomi ini tidak jarang memperhadapkan masing-masing kekuatan rakyat untuk saling menguasai yang cenderung melahirkan konflik sosial. Disinilah awal terciptanya konflik sosial antar masyarakat atau pendukung politik karena perebutan asset-asset ekonomi atau mungkin pelampiasan atas kekalahan proses politik yang terakumulasi dengan berbagai persoalan sosial lainnya. Melihat  Indonesia yang baru satu dekade lebih memiliki kebebasan demokrasi tentu kita belum begitu siap berdemokrasi. Kita belum bisa menerima prinsip menang kalah. Selalu saja semuanya berakhir dengan konflik hingga menjurus pada kekerasan.  Apalagi fenomena ini diperburuk ketika elit politik sengaja mendesain konflik untuk mengadudomba masyarakat atas ketidakpuasan proses dan hasil politik yang ada. 
2. Konflik memang suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Berbagai perbedaan pendapat dan pandangan serta konflik biasanya dapat diselesaikan tanpa kekerasan dan tentu menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat dari tingkat mikro, antar pribadi hingga tingkat kelompok, organisasi, masyarakat dan negara semua bentuk hubungan manusia –sosial, ekonomi dan kekuasaan-- mengalami pertumbuhan, perubahan dan konflik. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan itu sebagai contoh kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber daya, serta kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengagguran, kemiskinan, penindasan dan kejahatan. Ini terjadi di tanah Muna, dimana masing-masing tingkat tersebut membentuk sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan untuk menghadirkan perubahan baik yang konstruktif ataupun destruktif.  


      Akhirnya, masyarakat Muna pada dasarnya harus kembali pada falsafah besar raja Muna Lakilaponto putra Sugimanuru: Hansuru-hansuru badha, sumanomo koemo hasuru liwu, Hansuru-hansuru liwu, sumanomo koemo hasuru sara, Hansuru-hansuru sara, sumanomo koemo hasuru adhati,  Hansuru-hansuru adhati, sumanomo notangka agama, yang maksudnya : hancur-hancur badan kami asal jangan hancur negeri kami, hancur-hancur negeri kami asal jangan hancur pemerintahan kami, hancur-hancur pemerintahan kami asal jangan hancur adat istiadat kami, hancur-hancur adat istiadat kami asalkan agama Islam tetap tegak berdiri.


Sumber : Narasumber Terpercaya
·         Silfiani Buransa ( Silfianiburansa@gmail.com )
·         Laode Muh. Rabiali




Dosen    : Ramita Hapsari
Nama     : Megawati Boy Ely Tokulo
NPM      : 14216346
Jurusan  : Manajemen