Sabtu, 24 September 2016

KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA




Kabupaten  Muna  memiliki  letak  yang  sangat  strategis  karena  di antara  2  Kota  Besar  yang  salah  satunya  adalah  Ibu  Kota  Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-bau. Letak yang strategis ini memungkinkan besarnya interaksi Kabupaten Muna dengan Kota- kota besar tetangga maupun Propinsi dan Kabupaten  lainnya di Pulau Sulawesi. Sedang letak astronomis dari   Kabupaten Muna  terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa pada garis lintang 4°  06’ sampai dengan 5°  15’ Lintang Selatan dan dari Barat ke Timur 122° 8’ Bujur Timur hingga 123° 15’ Bujur Timur dan luas daratan adalah seluas 2.963,97 Km²  atau 296.397 Ha.

Kabupaten Muna, seperti halnya kabupaten-kabupaten lainnya di Indonesia terdapat sembilan sektor yang memberikan konstribusi yang sangat berarti terhadap perekonomian yaitu Pertanian; Pertambangan dan penggalian; Industri Pengolahan; Listrik; gas; dan air bersih; Konstruksi/bangunan; Perdagangan; Hotel/restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan dan Sektor jasa. Sektor yang konstribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Muna yang  mengalami peningkatan antara lain: Sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sedang keenam sektor lainnya mengalami penurunan. Sementara untuk sektor pertanian, walaupun selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi, namun sektor tersebut  tetap merupakan sektor  yang paling banyak memberikan konstribusi terhadap perekonomian di Kabupaten Muna. Aktivitas keuangan Pemerintah daerah yang dicakup terdiri dari  keuangan  Pemerintah Kabupaten/Kota. Kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah sangat bergantung dari tesedianya sumber-sumber pandapatan Daerah baik yang berasal dari Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun sumber dana yang berasal dari bantuan Pemerintah Pusat atau setingkat diatasnya bagi Pemerintah Tingkat Kabupaten dan Kota. Sumber-sumber pembiayaan Pembangunan dan rutin dalam penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Muna terdiri dari bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, bagi pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan dari pemberian Pemerintah dan atau Instansi yang lebih tinggi, pinjaman Daerah dan yang bersumber dari urusan kas dan perhitungan. Secara makro, rencana dan realisasi anggaran dan pendapatan belanja daerah tampak meningkat setiap tahunnya.

Dalam hubungannya dengan budaya keyakianan, pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dalam mempertahankan kelestarian lingkungan diperlukan moralitas yang berpangkal pada kepercayaan agama yang dianut oleh masyarakat lokal. Pemanfaatan sumber daya huatan yang tidak eksploratif dapat menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana terhadap lingkungan alam sekitarnya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan pembangunan ekonomi, sosial budaya maupun kegiatan-kegiatan keagamaan seperti upacara ritual dan pemberian sesajen terhadap pohon yang dianggap keramat yang dilakukan pada saat panen hasil perkebunan. Kemudian kepercayaan masyarakat akan hal-hal mistik dengan tidak menebang pohon merupakan bagian dari menjaga kelestarian lingkungan itu sendiri. Pemerintah daerah Kabupaten Muna sangat memperhatikan kepentingan masyarakatnya terutama dalam hal beribadah. Untuk itu Pemerintah telah banyak membangun fasilitas rumah tempat peribadatan yang beragam dikarenakan masyarakat Kabupaten Muna menganut beragam  agama. Fasilitas  tempat ibadah yang dibangun tersebar pada setiap hampir semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna, selain itu Kabupaten Muna sendiri memiliki Identitas Simbolik Pohon Jati dikatakan sebagai pohon jati dikarenakan sebagai penghasil kayu jati terbesar di Sulawesi Tenggara yang mana jati sendiri telah dimanfaatkan sebagai gembol yang dapat dijadikan meja, jam dinding dan hiasan rumahan lainnya dan komoditas penghasil nafkah bagi sebagian keluarga di masyarakat Muna.

        Kabupaten Muna dewasa ini sudah mengalami banyak perubahan terutama dari segi moral dan karakter masyarakat. Falsafah orang tua Muna zaman dulu begitu indah. Dapoangka-angkatau, dapopia-piara, dapomasi-masigho, dapoadha-adhati yang mengajarkan untuk saling mengikuti dan bersama-sama dalam kebaikan, saling tenggang rasa/ menghargai, saling menyayangi dan bersifat sopan santun/ punya adat atau etika tanpa memandang jabatan, suku, agama, strata sosial: Kaumu (kaum bangsawan/ turunan raja/ yang berhak menjadi raja), Walaka (golongan kedua setelah kaum bangsawan dalam strata sosial orang Muna/ berhak atas pemerintahan/ sara) atau Anangkolaki (golongan masyarakat biasa) selayaknya mengimplementasikan nilai-nilai peninggalan orang tua Muna tersebut  tetapi sangat disayangkan hampir semua anak-anak muda termasuk orang tua masa kini melupakan falsafah hidup itu sehingga konflik kekerasan terus bermunculan dari generasi ke generasi berikutnya.

Sangat Ironis daerah yang 95% dihuni oleh suku asli Muna secara mayoritas dengan agama Islam tapi konflik kekerasan semakin meningkat bahkan dikalangan anak-anak muda dimana perilaku tersebut di pengaruhi oleh :
1. Masyarakat Muna kehilangan identitas diri sebagai masyarakat yang berbudaya dimana terlihat dari masyarakata Muna lebih senang berbicara mengenai politik,  tidak pernah berhenti debat tentang calon bupati atau gubernur menjelang bahkan pasca Pilkada, mulai dari kalangan elit hingga pada masyarakat petani nelayan dan hampir seluruh orang Muna. Jika bicara politik, kecenderungan untuk melupa tentang segalanya termasuk kegiatan ekonomi. Sesungguhnya kendaraan untuk memperoleh kekuasaan “vehicle to get the power” adalah menguasai sumber-sumber ekonomi. Sayangnya penguasaan atas sumber-sumber ekonomi ini tidak jarang memperhadapkan masing-masing kekuatan rakyat untuk saling menguasai yang cenderung melahirkan konflik sosial. Disinilah awal terciptanya konflik sosial antar masyarakat atau pendukung politik karena perebutan asset-asset ekonomi atau mungkin pelampiasan atas kekalahan proses politik yang terakumulasi dengan berbagai persoalan sosial lainnya. Melihat  Indonesia yang baru satu dekade lebih memiliki kebebasan demokrasi tentu kita belum begitu siap berdemokrasi. Kita belum bisa menerima prinsip menang kalah. Selalu saja semuanya berakhir dengan konflik hingga menjurus pada kekerasan.  Apalagi fenomena ini diperburuk ketika elit politik sengaja mendesain konflik untuk mengadudomba masyarakat atas ketidakpuasan proses dan hasil politik yang ada. 
2. Konflik memang suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Berbagai perbedaan pendapat dan pandangan serta konflik biasanya dapat diselesaikan tanpa kekerasan dan tentu menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat dari tingkat mikro, antar pribadi hingga tingkat kelompok, organisasi, masyarakat dan negara semua bentuk hubungan manusia –sosial, ekonomi dan kekuasaan-- mengalami pertumbuhan, perubahan dan konflik. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan itu sebagai contoh kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber daya, serta kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengagguran, kemiskinan, penindasan dan kejahatan. Ini terjadi di tanah Muna, dimana masing-masing tingkat tersebut membentuk sebuah rantai yang memiliki potensi kekuatan untuk menghadirkan perubahan baik yang konstruktif ataupun destruktif.  


      Akhirnya, masyarakat Muna pada dasarnya harus kembali pada falsafah besar raja Muna Lakilaponto putra Sugimanuru: Hansuru-hansuru badha, sumanomo koemo hasuru liwu, Hansuru-hansuru liwu, sumanomo koemo hasuru sara, Hansuru-hansuru sara, sumanomo koemo hasuru adhati,  Hansuru-hansuru adhati, sumanomo notangka agama, yang maksudnya : hancur-hancur badan kami asal jangan hancur negeri kami, hancur-hancur negeri kami asal jangan hancur pemerintahan kami, hancur-hancur pemerintahan kami asal jangan hancur adat istiadat kami, hancur-hancur adat istiadat kami asalkan agama Islam tetap tegak berdiri.


Sumber : Narasumber Terpercaya
·         Silfiani Buransa ( Silfianiburansa@gmail.com )
·         Laode Muh. Rabiali




Dosen    : Ramita Hapsari
Nama     : Megawati Boy Ely Tokulo
NPM      : 14216346
Jurusan  : Manajemen

Hubungan antara Manusia dan Kebudayaan Dengan Ilmu Budaya Manajemen

ILMU BUDAYA DASAR 1


Kaitan Antara Manusia dan Kebudayaan dengan Ilmu Manajemen.

Puji syukur saya ucapkan pada kehadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan artikel yang sederhana ini. Pada hari Sabtu tanggal 24 September 2016 saya atau kelas 1EA11 tepatnya, mendapatkan tugas dari Ibu Ramita Hapsari, dosen mata kuliah Budaya. Tugas tersebut membuat suatu artikel atau bacaan tentang hubungan IBD (Ilmu Budaya Dasar) dengan jurusan yang saya ambil di Universitas Gunadarma, yaitu Manajemen. IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.

ILMU BUDAYA DASAR

Pengertian Ilmu Budaya Dasar: 
Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang dapat dipahami, dimengerti, serta dapat diterapkan. Ilmu pengetahuan tercipta karena adanya kebutuhan manusia untuk menguasai alam semesta dalam rangka memperta kehidupannya.
Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dasar
Dasar adalah pokok atau pangkal suatu pendapat, ajaran atau aturan.

Secara sederhana, Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar: 
      1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga lebih mudah
    menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi.
2    2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan tentang masalah
    kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis terhadap persoalan-persoalan. 
3    3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli dalam
    bidang disiplin masing-masing.
      4. Mengusahakan wahana komunikasi para mahasiswa agar lebih mampu berdialog satu sama lain.

MANAJEMEN

Pengertian Manajemen: 
Manajemen (management) adalah pencapaian tujuan-tujuan organisasi organisasional secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya-sumber daya organisasional. Manajemen juga dikatakan sebagai seni serta ilmu untuk mengorganisasi, merencanakan, menyusun, mengawasi maupun mengarahkan sumber daya (alam, waktu, manusia, teknologi, dsb.) agar dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan.


Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Manajemen? 

Kalau kita menerima pengertian bahwa budaya adalah semua hasil budi daya manusia, maka manajemen itu merupakan bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu tingkat sosial budaya suatu bangsa berpengaruh terhadap kemampuan suatu manajemen tersebut. Budaya merupakan perekat, pemecahan masalah, sistem nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan bersama dalam suatu manajemen atau organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku organisasi. Budaya dalam suatu manajemen memberikan dampak signifikan terhadap prestasi kerja, karena berkembang dengan mudah. Sistem nilai budaya yang mempengaruhi perilaku dan adat kebiasaan bangsa tersebut pasti memberi warna pada pelaksanaan manajemennya.
Ilmu budaya dasar sangat berpengaruh pada nilai-nilai,norma adat istiadat pada suatu daerah yang menganut budaya masing-masing bahkan ada yang sudah mendarah daging sehingga sulit untuk menerima masukan atau pengaruh dari budaya luar.Tapi,diera yang modern ini sudah 90% budaya pada suatu negara mulai agak pudar karena sudah tepengaruh oleh budaya luar melalui media yang semakin hari semakin berkembang seperti media televisi, elektronik, sosial.

Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnisminoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif." Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan. Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja. Yaitu pengatahuan budaya yang bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Pengatahuan budaya mencakup segala keahlian (disiplin),seni dan filsafat.Pengetahuan budaya dikembangkan untuk menambah wawasan pemikirandan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan masing -masing setiap negara. Manajemen mencoba mencapai tujuan dengan menggunakan orang lain, sementara ilmu budaya dasar memberikan khazanah pengetahuan dasar yang berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia. Dengan memahami faktor manusia maka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan dari tiap-tiap aktivitas manajemen dapat berjalan dengan lebih lancar. Dalam manajemen manusia adalah faktor yang paling menetukan. Manajemen sumber daya manusia mungkin adalah perkawinan dari kedua cabang ilmu ini. Keduanya bukan merupakan ilmu pasti, yang mendasarkan diri dan berkonsentrasi pada manusia sebagai subjek dan objek sekaligus dalam menjalankan suatu bentuk kerja sama yang bisa jadi menghasilkan manfaat ekonomi.
Titik berat manajemen selama ini ialah mengenai manfaat materi atau yang bersifat bisnis, sementara di lain sisi, ilmu budaya dasar memberikan arti dan makna dari suatu kerja/karya yang dilakukan oleh manusia yang tak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan materi. Semakin lama semakin disadari akan pentingnya mengintegrasikan antara pengetahuan-pengetahuan dalambasic humanities dengan ilmu manajemen modern. Istilah seperti "customer-centric", "patient-centric", atau "user centric" ialah hasil dari penggabungan kedua ilmu itu pada bisnis terkini.

5 fungsi budaya dalam suatu organisasi menurut Robbins (1996 : 294) sebagai berikut:
      1.   Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
      2.  Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
      3.  Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan
    diri individual seseorang
.
      4.  Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
    memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan
.
      5.  Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
    serta perilaku karyawan
rti media televisi,elektronik,sosial.

SDM (Sumber Daya Manusia) haruslah mengarah pada pengembangan budaya. Pengembangan SDM ini tidak lain untuk mencapai budaya organisasi yang kuat, karena kinerja karyawan merupakan unsur penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan atau anggota organisasi, baik sisi lunak seperti budaya perusahaan, gaya manajemen dan pengembangan tim, maupun sisi keras seperti strategi, struktur, sistem,teknologi, imbalan-penghargaan dan sebagainya.


Kesimpulan:
Hubungan manajemen dengan ilmu budaya dasar itu sangan berpengaruh dalam manajmen dan salaing berkaitan terhadap kamampuan dalam suatu manajmen. Semua itu dapat membuat kita bertindak, bertingkah laku, dan berfikir agar dapat menuntun kita untuk mengolah informasi dengan baik dan benar.Ilmu budaya dasar dapat menjadi pengetahuan pelengkap/komplemen dalam pelaksanaan manajemen yang lebih baik.


Demikian artikel tentang hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Manajemen yang saya buat, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin...



Dosen    : Ramita Hapsari
Nama     : Megawati Boy Ely Tokulo
NPM      : 14216346
Jurusan  : Manajemen